Suka Duka Jadi Mahasiswa Rantau





. Life


Hellooow... Mahasiswa Rantau


Setelah lulus SMA, pasti banyak dari kita yang mulai berpikir ingin dilanjut bagaimanakah kehidupan kita selanjutnya? Ada yang mulai cari-cari kerja, ada juga yang ingin lanjut ke jenjang pendidikan tinggi seperti universitas atau politeknik.
Nah, pasti ada dari kita yang ingin bisa kuliah di luar kota, atau bahkan di luar negeri. Alasannya pasti tidak jauh-jauh dari satu pilihan, yaitu mandiri. Mandiri pasti menjadi kunci dari semua alasan yang ada. Memang tidak salah, karena itu adalah salah satu alasannya. Tapi ternyata masih ada beberapa hal lagi yang membuat kita ingin melanjutkan pendidikan di sana.
Mulai dari; mendapat teman baru, pengalaman baru yang unik di kota orang, hingga belajar mandiri tanpa orang tua. Mungkin itu beberapa dampak positifnya. Tapi tentu, jika ada positif mesti ada negatif juga di sana.
Misalnya saja, yang sering dirasakan oleh mahasiswa rantau adalah saat akhir bulan tiba. Entah kapan dan darimana ‘pemikiran’ itu bermula, tapi memang nyatanya akhir bulan menjadi momok mengerikan bagi para mahasiswa rantau. Coba tanyakan pada mereka apa yang paling mengerikan, beberapa pasti menjawab ‘akhir bulan’.
Kenapa akhir bulan? Jawabannya karena uang dan stok camilan di kos sudah memasuki masa bernama ‘cekak’ alias sekarat. Atau kata lainnya mungkin antara ada dan tiada. Sebagai mahasiswa baru, mungkin jarang sekali merasakan kondisi ini, bisa saja karena mereka belum banyak dapat tugas untuk keluar uang; print tugas misalnya. Lain halnya dengan mahasiswa tingkat atas, yang tugasnya menggunung. Mulai dari yang harus diprint sampai tulis tangan. Jangan salah, tugas yang ditulis tangan juga membutuhkan biaya, kertas dan pulpen misalnya. Belum lagi kalau bosan mengerjakan dan memilih untuk ngemil. Nah, biaya untuk camilan juga ikut dihitung.
Sampai ada sebuah sindiran yang bilang ‘minta uang segan, gak minta mati.’ Ya..., ada benarnya juga. Susahnya jadi mahasiswa rantau itu saat uang di dompet mulai tak terdeteksi lagi kehadirannya, tapi mau minta kiriman dari orang tua tidak enak. Pasti kepikiran, ‘kira-kira bapak ada uang gak ya?’ ‘kalau aku minta gimana ya?’ ‘gak enak ah? Kasian bapak.’
Ya terus gimana dooong? Hmm..., sebenarnya minta kiriman ke orang tua apalagi kalau bukan jadwalnya, pasti gak enak setengah mati. Belum lagi kalau misalnya bulan itu kita udah dapat kiriman, terus mau minta lagi dan bilang uangnya kurang itu rasanya...., you know lah. Mungkin memang harus pintar-pintar berhemat dan beli yang ‘butuh’ aja, bukan yang ‘ingin’ itu kuncinya. Karena kalau kita beli yang ‘ingin’ entah kapan akan selesai. Ingat kalimat yang mengatakan ‘keinginan manusia tak akan ada habisnya.’
Lain maba—mahasiswa baru—lain juga dengan matu alias ‘mahasiswa tua’. Masa-masa menjadi mahasiswa tua ini mungkin menjadi masa yang akan paling dikenang selama menjadi seorang mahasiswa. Kenapa? Karena di masa ini, mereka mulai menggarap apa yang dinamakan sebagai syarat lulusnya seorang mahasiswa. Skripsi. Mengerjakan skripsi tidak semudah dan se-ringan gambaran atau omongan orang-orang. Buktinya, banyak yang stres gara-gara skripsi mereka tidak kunjung di acc, kebanyakan revisi, bahkan sampai ada yang masih duduk manis di meja pembimbing tanpa tersentuh sedikitpun. Entah pembimbingnya lupa kalau ada skripsi yang harus diperiksa atau mungkin terlalu sibuk dengan urusan kampus, atau yang lainnya mungkin.
Ternyata kuliah memang tidak seperti yang sering digambarkan di film-film atau FTV, yang katanya indah. Seindah dan semanis dunia dongeng. Pret! Mana ada. Jadi mahasiswa berarti siap memikul beban yang lebih berat ketimbang menjadi siswa dulu. Dengan tambahan kata ‘Maha’ sebelum siswa, itu berarti kita dituntut untuk semakin berpikir dewasa dan tidak melulu berada di garis siswa, yang harus selalu manut perintah dan ucapan guru. Sebagai mahasiswa kita bisa mengkritisi dan memilah mana yang benar dan salah, mana yang harus diikuti dan ditinggalkan.
Meskipun tak seindah seperti yang melulu digemborkan dalam film, nyatanya kuliah tak se-menyeramkan itu. Masih banyak hal menyenangkan yang hanya bisa didapat jika menjadi seorang mahasiswa, misalnya saja KKN. Program andalan yang ada di kampus-kampus di seluruh penjuru Indonesia. Dengan mengikuti program ini, mahasiswa bisa terjun langsung ke lapangan. Mengamati dan ikut merasakan menjadi bagian dari suatu desa tersebut. Para mahasiswa juga bisa memamerkan bakat dan pemikiran mereka untuk semakin memajukan desa.
Yah..., intinya, menjadi mahasiswa itu memang berat. Tugas dan tanggung jawab akan selalu menanti. Tapi nyatanya, menjadi mahasiswa itu cukup menyenangkan. Tidak membosankan dan se-menyeramkan yang dibicarakan orang-orang. Menjadi mahasiswa berarti harus mulai bebenah diri untuk menjadi lebih baik, kita diajarkan untuk lebih siap menghadapi dunia kerja yang ada di depan mata. Dan jika saatnya tiba nanti, kita sudah lebih matang juga memiliki mental yang telah diasah sejak menjadi mahasiswa.
Jadi, untuk para mahasiswa baru, selamat! Jalan hidup ‘siswa’ yang sesungguhnya akan segera dimulai. Cung, yang pernah jadi mahasiswa rantau! Atau yang masih baru-baru rantau mana, nih! Ayo, sharing pengalaman kalian.




Komentar